Tulisan ini dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat, Minggu 28 Desember 2014 dengan judul Salju Abadi di Gunung Tate.
Karena titik awal perjalanan saya dari Tokyo,
maka diputuskan jalur perjalanan melalui Toyama. Jika ditempuh dengan
Shinkansen memakan waktu sekitar 4 jam, atau menggunakan bis sekitar 6 jam.
Karena jam beroperasinya mulai jam 05.00 pagi sampai 17.00 sore, maka saya
memutuskan untuk menaiki bus malam dari Terminal bis Shinjuku, Tokyo tepat jam
24.00 dan tiba di Stasiun Toyama keesokan harinya jam 6 pagi. Dengan cara ini
saya bisa berhemat satu malam biaya penginapan. Bus seharga 4500Y ini sangat
nyaman, bersih, dilengkapi Wi-Fi dan selimut. Tapi, jika ingin bermalam di
Murodo, puncak Tateyama, perjalanan dapat dilakukan pada siang hari dan tiba di Toyama atau Shinano Omachi sore hari
Gunung Tate atau Tateyama yang
membentang di dua Prefektur, Toyama dan Nagano, merupakan rangkaian Pegunungan
Alpen yang berada di Jepang. Walaupun tidak seterkenal icon Jepang, Fujiyama, gunung
ini menjadi destinasi favorit penduduk lokal karena ketebalan salju, sepanjang
tahun, pemandangan indah di Taman Nasional Chubu Sangaku dan Yuki no Otani,
atau koridor salju dengan tinggi 20 meter yang dibuka untuk umum dan pejalan
kaki setiap pertengahan April sampai akhir Juni.
Bagi penggemar hiking atau jalan jauh,
siap-siap akan kecewa jika berkunjung ke Tateyama karena transportasi ke puncak
berupa cable car, bis hybrid dan ropeway. Kendaraan umum dan pribadi dilarang
masuk ke area ini untuk mengurangi polusi. Rangkaian transportasi ramah
lingkungan ini akan membawa kita menempuh station pertama hingga terahkir
selama 7 jam. Karcis terusan dengan harga 9450Y untuk dewasa dan 4750Y untuk
anak-anak dijual di stasiun pertama untuk memudahkan kita dalam melakukan perjalanan
tanpa harus berhenti dan membeli karcis disetiap stasiun.
Point pertama dalam melakukan perjalanan
dimulai dari Toyama Stasiun dengan menaiki kereta Toyama Chiho Railway. Kereta vintage
buatan tahun 70’an yang akan membawa kami ke Stasiun Tateyama selama 1 jam menyuguhkan
pemandangan desa khas Jepang yang asri dan rangkaian pegunungan Tateyama yang
masih diselimuti salju. Suasana kereta pun sangat ramai dengan anak-anak sekolah
berseragam bak sailormoon dan turis dengan perlengkapan ski dan snowboarding.
Sesampainya di Stasiun Tateyama, antrian
disusun sesuai dengan waktu yang tercetak di tiket. Sambil menunggu giliran,
pengunjung disuguhi keadaan daerah Tateyama secara langsung. Membuat hati tidak
sabar ingin merasakan dinginnya salju. Perjalanan selanjutnya menggunakan cable
car unik, karena miring 45 derajat. Di dalam keretanya pun dibuat tangga-tangga
sesuai kemiringan sehingga penumpang tidak tergelincir. Selama 7 menit, menempuh 1,3 km dengan
interval vertical sepanjang 487 meter dan beberapa terowongan membawa ke
Stasiun Bijodaira. Dari Stasiun inilah perjalanan dilanjut menggunakan bis
listrik hibrid menuju ke Murodo, puncak Tateyama. Perjalanan 50 menit menuju
puncak tak terasa karena pemandangan hutan pohon cedar yang berusia lebih dari
100 tahun dan air terjun yang sangat indah. Supir Bus pun melambatkan laju
untuk memberikan kesempatan penumpang mengambil foto-foto. Jika kita melihat
lewat jendela belakang, akan terlihat kelokan-kelokan jalan yang membentuk
spiral.
Sesampai di terminal
bus yang berada di puncak Tateyama, 2450 M diatas permukaan laut, Disinilah
atraksi yang spektakuler, snow koridor yang tingginya bisa mencapai 20 meter
dan pemandangan hotel tertinggi yang ada di Jepang. Dipuncak ini kita bisa
menikmati pemandangan barisan Tateyama dan yuki no otani, yang artinya tembok
salju. Setahun sekali, jalur ini dibuka secara full pada bulan April sampai
akhir Oktober. Murodo ditutup aksesnya pada musim dingin karena salju yang
sangat tebal sulit ditembus. Pengerukan salju untuk membuat dinding tinggi ini,
dilakukan awal Bulan April menggunakan dua eksavator dan gps untuk
kekuratannya. Setiap hari akan dicatat penurunan tinggi salju dan suhu
udaranya.