Wednesday, December 18, 2013

Orchard Road itu fotogenik kalo banyak lampu

Ceritanya Jepangnya di skip dulu ya, soalnya saya lagi nggak runtun nih. Gara-gara kemarin dapet tugas dadakan ke Singapur jadinya saya kok pengen posting yang lain dulu. Sebetulnya buat saya kerja itu jalan-jalan dan maen atau sebaliknya. Entah mengapa, di kantor pun tugas saya selalu kebagian untuk mengantar orang-orang tugas ataupun nemenin ke suatu tempat (mungkin perawakan saya yang besar jadi dianggap bisa mengangkat koper lebih dari satu hehehheheh). Jangan dibayangkan saya bisa bersenang-senanga (banget) kalo sudah pergi dengan rombongan sirkus. Biasanya akan jadi riweuh.com karena semua orang akan mengandalkan itinerary perjalanan oleh yang ditugaskan kantor. Jadi saya harus tahu semua kegiatan yang akan dilakukan, tiket, paspor, makan siang, dll. Mirip dengan agen perjalanan sih walaupun lebih deket jadi boss-sitter. Nah, contohnya aja kali ini saya kebagian tugas ke Batam, tapi sekalian nyebrang ke negara tetangga NKRI. Yah, masa kita nolak sih, nurut aja deh. Jadinya saya harus tetap terikat dengan rombongan kemanapun mereka pergi.

 photo d41f6660-c819-4418-b656-be8dd4e1370f_zps230a5761.jpg
fokus tangan untuk dapet lampu bokeh
Tapi bagus juga untuk saya nggak terlalu suka belanja (saya cuman sanggup belanja di Mustafa Centre aja), jadinya nggak terlalu banyak kepengen. Apalagi dengan harga dollar yang lagi liar dan lieur, makin surut deh isi dompet nanti. Walaupun banyak sekali sale menjelang Christmast. So, saya menikmati Orchard Road dengan cara yang berbeda saja deh. 

Berhubung tema di Bulan Desember itu Natal, jadi hampir seluruh toko mendekorasinya dengan pohon natal dan lampu yang sangat banyak. Sebetulnya saya udah niat untuk motret pas malem, tapi karena cape saya mau motret shubuh aja. Ehhhhh ternyata, lampu jalanan tampaknya mati pukul 01.00 dini hari. Walhasil saya hanya bisa memotret di sekitar Paragon Mall saja. Tapi lumayan bisa dapet percobaan bokeh-bokehan.


 photo IMG_8957_zps80fcfdb0.jpg

Untuk mendapatkan efek bokeh, kali ini saya menggunakan mode Av, yang artinya bukaan lensa sudah fix tidak bisa dirubah lagi. Lensa yang digunakan, lensa fix pancake bawaan dari Canon EOS M. Nah, tinggal ISO dan kecepatan dirubah-rubah sampai dapet bokeh yang diinginkan. Hihihih keliatan sepi ya Orchard-nya... abis saya motret pas jam 04.00 pagi sih.


 photo 7fd87028-c250-4f0f-923f-712232f4955b_zps614bb9ba.jpg

Nah, ini diambil di depan Nge Ann City. Setumpuk replika coklat Ferrero Rocher yang disusun menjadi pohon natal. Hehheheheh kebayang kalo asli, udah abis diambilin ya..


Tuesday, December 10, 2013

Anda pelit, stamina dan waktu terbuang dengan cepat di sini

Masih ingat kata-kata mutiara bahwa Jepang itu mahal, terutama untuk transportnya. Sepertinya saya termakan oleh kata-kata ajaib itu. Saya rasa saya melakukan kesalahan fatal dalam membeli tiket kereta. Sejak awal pergi, saya  memutuskan untuk tidak membeli tiket JR Pass karena harganya yang mendekati 3 juta rupiah (mendekati tiket airasia bandung-osaka hehehhehe) dan saya kurang dari seminggu melancong disini, rasanya memang kurang efektif. Tapi penasaran juga sih kayak apa kalo naek kereta cepat Shinkansen itu?

 photo 8e9a6fcb-fdcd-4f9b-965b-990dd3545aba_zpsf158c9dc.jpg

Setelah baca buku dan blog sana-sini, saya memutuskan hanya membeli JR Kansai, pertimbangannya karena untuk kereta pulang nanti dari Kyoto ke Bandara Kansai, Osaka. Trus karena 2 hari terakhir saya akan mengelilingi daerah-daerah Kansai, lumayan bisa merasakan Shinkansen walaupun hanya 15 menit. Untuk transportasi dalam kota, diputuskan untuk membeli daypass saja . Nah, disini saya terlalu perhitungan. Tokyo memiliki sistem kereta api bawah tanah yang terintegrasi. Perusahaan kereta ada beberapa, JR milik pemerintah dan 2 line milik swasta. Tiket kereta pun berbeda-beda tergantung line mana yang akan dipakai. Nah, saya pengen ngirit waktu membeli tiket, karena saya pikir sudah mencukupi area yang saya kunjungi. Tiket seharga 700 yen bisa menggunakan Toei Line seharian, padahal kalo mau nambah 300 yen lagi, bisa memakai metro line. Tau apa akibatnya karena terlalu pelit untuk bayar 300 yen???????


Saya tidak bisa mengakses banyak stasiun bawah tanah di Tokyo. Dan saya harus keluar dari suatu stasiun untuk menemukan pintu yang sesuai dengan tiket saya. Dan sialnya lagi, tidak semua stasiun memiliki pintu keluar dengan eskalator dan lift. Kebayang kan harus naik 8 tingkat tanpa bantuan eskalator. Gempor...! Belum lagi harus nyasar-nyasar karena salah menemukan pintu masuk. Waktu dan tenaga sudah banyak terbuang percuma hari ini. (gara-gara pengen ngirit 300 yen, nasib). Sampe akhirnya kita ke Tokyo Station karena disini semua kereta bermuara. Station ini merupakan tempat tersibuk di Jepang karena seluruh line dan juga Shinkansen ada disini. Sekali lagi, jangan harap bisa menemukan bangku untuk duduk beristirahat. Semua orang bergegas untuk melanjutkan perjalanannya.

 photo 605421a8-bdae-4930-b657-11a2369e64e8_zps778e7933.jpg

Musim gugur dan musim dingin memang hanya menyisakan waktu terang yang relatif lebih sedikit dibanding dengan musim lainnya. Jadi jangan heran jika jam menunjukkan waktu 5 sore tapi diluar sana kelihatan sudah melewati waktu Isya. Apalagi, awan gelap pembawa hujan kerap sekali muncul, menambah suasana temaram yang buat saya nggak nyaman untuk berjalan-jalan. Ada rasa yang berbeda saat melakukan perjalanan saat terang dan gelap. Biasanya, otak saya jadi kram dan sedikit tulalit kalo dikasih malam.

 photo 718ad497-8718-4a65-b423-c84cb3cad92b_zpsa8f33e54.jpg

Untuk mengantisipasi sore yang berasa malam, biasanya sih banyak lampu-lampu dipasang. Terutama di pohon-pohon yang meranggas karena memang waktunya mereka menggugurkan daun-daun untuk hibernasi dimusim selanjutnya. Setelah melihat-lihat daerah sekitar, kita berencana untuk mencari Shibuya dan Patung Hachiko. Saya pengen menikmati sensasi The Fast and Furious, Tokyo drift dan juga film Hachiko yang diperankan oleh Richard Gere. Nah, karena kesalahan kecil yang fatal tadi (gara-gara pengen ngirit), akhirnya kedua tempat itu tidak bisa ditemukan karena stasiun hanya terlewati bukan tempat berhenti. Apalagi pake perasaan bahwa tempat itu ada diatas kita, akhirnya, nyasar.com selama beberapa jam. Sempet nanya ke Koban (polisi) dan ditunjukkan petanya. Hasilnya.... jauh pisan dan kayaknya nggak sanggup lagi untuk berjalan ke dua tempat itu. Kita memutuskan untuk kembali ke penginapan aja.

 photo 1a84c487-e215-4a34-89bd-7e4c24bd7f51_zpsa4f6c0fd.jpg

Sebelum sampai kembali ke penginapan, tiba-tiba terlintas tulisan Stasiun Akihabara.... tuing.... entah ide darimana tiba-tiba dapet enerji untuk naik keatas buat liat Akihabara yang beken dengan barang elektronik dan jadi "Mecca" untuk para gamers. Selain itu, supaya besok kalo mo kesini udah tau rutenya hehehhehehe

Monday, December 9, 2013

Tokyo membutuhkan ketahanan fisik yang prima (selain isi dompet)

Sebelum saya memutuskan untuk menjejakkan kaki ke Jepang, nada-nada sumbang dan pesimistis sudah banyak sekali yang saya dengar. Misalnya aja kata-kata mutiara indah seperti :

1. Di Jepang itu semua Mahal.
2. Komunikasi dalam Bahasa Jepang itu susah.
3. Petunjuk/ rambu-rambu semau dalam huruf Kanji.

Pokoknya garis besarnya itu karena mahal dan susah jadi nggak usah pernah berpikiran untuk mampir ke Jepang...Ho Ho Ho Ho no way Jose! Semuanya itu salah besar...! Jepang itu tidak semahal yang dipikirkan. Orang Jepangnya sendiri hidup sangat sederhana, tidak sulit berkomunikasi karena Orang Jepang senang menolong, tidak jadi buta huruf karena ada Mbak Google translate hehehheheh. Pokoknya nggak ada yang susah di Jepang, yang ada kita hanya tidak terbiasa saja. Yang justru diperlukan untuk menjelajahi Jepang adalah ketahanan fisik yang prima hehehhehhe nggak percaya, coba deh disimak.

 photo be4b60ae-7ecc-4f44-bde3-bf26c59abb23_zps387b43e9.jpg
Selepas bermalam di atas Bus Malam Willer Osaka-Jepang menunju Stasiun Shinjuku (lumayan ngirit nginep semalam), langsung mencari hostel di daerah Kuramae. Walaupun belum bisa dapet kamar, setidaknya saya bisa menitipkan barang dan tentu saja nebeng mandi. Maklum, terakhir mandi itu dua hari yang lalu saat masih di Bandung hehehhehe. Perjalanan ke Hostel berjalan mulus-mulus saja setelah mencoba line kereta bawah tanah yang super njlimet. Apa coba rahasianya.... gampang lho, ternyata tiap weekend di setiap stasiun bawah tanah selalu ada volunteer yang membantu pelancong untuk menemukan rute dan alamatnya. Mereka sekalian "practice English" dan memang sangat membantu sekali. Bahkan sangat senang hati kalo kita banyak pertanyaan, karena semakin banyak, semakin sering dia menggunakan Bahasa Inggris. Hebat yah, kepikiran untuk terjun langsung praktek Inggris.

Nah, setelah beres dengan urusan administrasi, mandi dan sekedar brunch, perjalanan dimulai dari rute terdekat yaitu mengunjuni kuil Senso-ji di Asakusa yang jaraknya hanya 400 meter dari hostel. Tanda-tanda semakin mendekat yaitu dengan banyaknya abang tukang becak yang menawarkan jasa mengelilingi kuil selama 30 menit dengan mahar 8.000 yen. Mau nyoba, lumayan ganteng kok si Mamang Becak teh...cuman inget bayarnya mah rasanya niat dikurung kembali....

 photo 7f992ac7-74d5-413c-9c73-46bdd19a5b87_zps33b72c58.jpg

Jalan menuju Kuil Senso-Ji namanaya Nakamise dipenuhi oleh pedagang-pedagang yang menjajakan makanannya. Mulai dari Dorayaki (pas pagi datang harganya 300 Yen per 8 Buah, pas pulang agak siang jadinya 200 Yen. Turun harga hehehehheheheh), sampe ke samurai ala ninja juga ada. Yah, mirip-mirip pasar minggon di Gasibu deh yang sagala aya. Cuman banyaknya disini lebih ke makanan dan cindera mata.

 photo 683f64a8-3d61-4f62-97d7-c605c57e6c0b_zps6c5d7692.jpg

Hayo... siapa yang nggak ngiler liat gantungan kunci, gantungan handphone sampe ke dekorasi lainnya yang dipajang sepanjang jalan. Makanya jadi macet dimana-mana karena banyaknya pengunjung yang mampir dan milih-milih barang-barang yang lucu-lucu semua. 

 photo 406c2d4a-b769-4cf9-bb7b-4254d9c3c6f7_zpsb6a55a94.jpg

Mentang-mentang di kandangnya sendiri, dekorasi Hello Kitty itu sangat juara disini. Mulai dari dompet sampe ke rantang tinggal pilih model dan barang apa yang disuka.

 photo 38be7244-412a-4eb0-99b9-9816a4f45c94_zps5058dd46.jpg

Yang ini jualan kain yang biasa dipakai untuk bungkus bento, kantong kecil sampe ke kotak permen. Mangga, dipilih-dipilih....

 photo 9f0763f2-7724-4a7e-ba17-47581afdfa65_zpsb24eedc0.jpg


Saya sangat tergila-gila dengan Matcha Supa Ice Cream alias greentea soft es krim. Pasti setiap ada kedai Es Krim saya beli. Bukan cuman saya, Mbak Hani rekan seperjalanan pun kelakuan sebelas duabelas dengan saya. Sayangnya dia memutuskan untuk berhenti karena setelah beberapa kali makan matcha es krim muncul tamu tak diundang...Bisul.
Ada hal unik setiap membeli es krim di Tokyo. Si penjual akan mengajukan syarat dan ketentuan yang berlaku, yaitu makan es krimnya nggak sambil jalan-jalan dan nggak akan berceceran kemana-mana. Setelah kita setuju, baru deh transaksi pembelian bisa berjalan. 

 photo d992adbd-9edc-42fa-be3f-09f55342b81a_zpsc924cd01.jpg

Nah, kalo ini specialisasinya jualan berbagai snack dari beras. Kalo kata saya sih berbagai jenis opak, cuman bentuknya lebih kecil dan lebih pipih, mulai dari opak asin, manis asin sampai opak manis. Yang bagus dan lucu itu kemasannya yang sangat unik.

 photo 4b03660d-32bd-4bb0-a177-2575a5ad7133_zps90dbd911.jpg

Kita udah deket deh sama Kaminarimon dengan lentera raksasa yang ada di pintu kuil. Saya paling suka melihat banyaknya orang yang wara-wiri dengan berbagai gaya dan style. Berhubung sudah memasuki musim dingin, jadinya mulai banyak orang yang berpakaian tebal atau menggunakan kimono musim dingin yang hangat.


 photo ff6de6d0-f056-4e5f-b3e5-340fa3850c73_zps7e082584.jpg


 photo 666baf06-fcbb-4b7e-a1fa-356fcb573d41_zpsa705166c.jpg

Tuesday, December 3, 2013

Osaka, my first step to Japan

Dengan tekad dan pengetatan ikat pinggang kurang lebih setahun, akhirnya kaki ini menginjakkan juga negara matahari terbit alias Jepang. Sebetulnya rasa hepinya sih udah duluan pas dapet visa dan ijin dari kantor, tapi kalo pas nyampe Kansai Airport rasa hepinya ditambah pisan hehehhehehe, segala rasa capai selama perjalanan 7 jam langsung hilang seketika ketika melewati pintu imigrasi.

Cuaca di Jepang saat itu mulai memasuki musim gugur, jadi tidak panas dan tidak membeku, sekitar 19 derajat celcius, seperti udara di Pangalengan atau Lembang. Kali ini saya nggak akan posting tentang "how to" selama menjelajahi negeri Toyota ini, karena blog lain sudah sangat lengkap dan rinci untuk pengaturan itinerary dkk. Saya cuman pengen berbagi bahwa menjelajah Jepang itu sangat sangat menyenangkan, mudah dan terjangkau seperti wisata ke negara-negara lainnya.

 photo c91246b9-4f76-47c6-a17d-3aea0dd2bb6e_zpsd15e19e8.jpg

Karena mendarat di Kansai Airport, kota pertama yang kita ubek itu adalah Osaka. Untuk menikmati kota ini kita membeli Osaka Unlimited Pass, yaitu kartu subway merangkap kupon tempat wisata yang ada di kota ini. Kalo menurut hitungan sih, jauh lebih murah karena kita tidak usah mengeluarkan lagi uang untuk masuk ke daerah turis plus transport sudah termasuk. Untuk memperingan bawaan, kita menyewa loker yang "pabalatak" di seluruh station di Osaka. Karena langsung dari Bandara, bisa dipastikan hari ini kita tidak mandi karena ogah merogoh kocek untuk bayar kamar mandi hehehhehehe, nggak apa-apa deh, udah bawa tisu basah yang gambar bayi montok dan kita pake untuk mengelap sekujur tubuh supaya si burket hilang......

Perjalanan pagi ini dimulai dengan mengelilingi Osaka Castle. Berhubung lapar, akhirnya kita memutuskan untuk sarapan roti dan green tea yang kita beli di Combini (convienient Store) Lawson. Otak saya masih sangat Cimahi banget ketika meminum green tea. Saya pikir karena di negara asal, pastilah si greentea akan terasa enak...nggak taunya pada saat tegukan pertama saya cuman mendapatkan rasa greentea asli...... tanpa gula. Hehehehhehehhehe pait euy... kirain teh bakal seperti rasa greentea yang ada diiklan-iklan tipi...

 photo c8017f75-68da-4d28-bd10-d9a42d1175f1_zps1d31eb64.jpg

Osaka Castle lumayan sangat besar, apalagi dengan tamannya yang sangat asri. Kekuatan fisik sangat dibutuhkan untuk menjelajahi si kastil kuno ini karena memang dia menyediakan servis apa adanya tanpa ditambah atribut modern. Semua tangga manual, alias harus didaki dengan dengkul dan tangganya buanyyyaakkkk pisan.... ronde pertama aja udah terasa mo gempor..... rasanya pengen ganti dengkul titanium yeuh


 photo d5faa452-fdfe-48c6-850f-d9014607aa6c_zps5fc507c9.jpg

Walaupun menurut kalender sudah memasuki musim gugur, tetapi di Osaka daun-daun belum menunjukkan perubahan berarti. Seperti daun momiji alias japanese maple leaf (tapi mirip daun singkong yah) masih dominan hijau dibandingkan warna merahnya. Sepertinya saya terlalu cepat hadir disini untuk bisa menikmati momiji leaves. Yah, nggak apa-apa deh walaupun premature.... Ngarep di tempat lain udah mulai berubah warna. Hehehhehe saya sangat sentimentil dengan musim gugur, ada rasa "melow" saat melewati musim ini. Terkadang saya setuju dengan dengan lirik lagu lawas "Autumn Leaves" atau bahasa perancisnya Les feuilles mortes yang artinya daun mati, yang isinya memang menggambarkan kesedihan hati...wowoowowo cheesy banget ya.

 photo 3e262fe5-a7f7-4163-a86a-ee355ebe890a_zps9254afe4.jpg
Lepas dari kesedihan daun berguguran, mata saya langsung terhibur dengan adanya taman-taman mini yang sangat menakjubkan. Nggak percaya? tuh...liat aja bonsai pohon apel... menghibur kan dan pasti berdecak kagum. Pohon yang tingginya nggak lebih dari sedengkul saya punya pohon apel yang sangat menggoda. Serius.... kalo nggak ada yang liat udah tak petik tuh buah.... hiks..... nanti aku dikutuk seperti Adam dan Hawa ya kalo berani metik buah apel merah merona..... bisa-bisa jadi tragedi buah apel deh....
Selain apel, masih ada bonsai pohon buah-buahan lainnya, seperti cherry dan plum.... makin gatel kan tangannya hehehehehehe

 photo d3d6cb54-49a5-4e5d-9e6e-5266432cea67_zps642ecaff.jpg

Setelah berkeliling-keliling, tidak terasa hari cepat sekali berakhir karena dimusim ini matahari bersinar lebih pendek daripada diwaktu lainnya. Mulai gelap jam 5 sore dan tak terasa langsung malem gelap tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Beruntung saat matahari terbenam, kita sedang mampir di Osaka Bay, jadinya sempet dadag-dadag sama matahari.... "sampaikan salam ku untuk anak-anak di rumah" karena waktu di Osaka dua jam lebih cepat dari waktu Cimahi.