Monday, October 23, 2017

Kochia, saat semak tidak harus selalu hijau

Berawal dari foto kiriman keponakan yang menanyakan posisi taman nasional Hitachi Seaside di Prefektur Ibaraki, saya langsung becita-cita harus bisa melihat taman ini sebelum saya pulang. Padahal posisi saya sangat jauh dengan taman tersebut. Tapi namanya juga cita-cita jadi saya nyari akal buat nyari transportasi termurah. O iya, karena visa saya bukan turis rjadi saya nggak punya kesempatan buat beli JR Pass atau tourist pass yang harganya lebih murah. Saya harus membayar full seperti warga Jepang lainnya. Juga dengan belanja, saya tidak berhak untuk mendapatkan free tax 8% seperti kawan-kawan yang berkunjung ke Jepang. Jadi kalo harus keluar kota memang harus bener-bener persiapan dan riset meyeluruh ala-mak-mak ekonomis. Setelah dicari-cari tiket termurah, ternyata hanya bus malam JR yang cocok di kantong. Dengan rute Hamamatsu dan tiba di Tokyo pukul 05.40 pagi, perjalanan diteruskan menggunakan kereta menuju Stasiun Katsuta selama 119 menit. Lalu nyambung lagi pake bus seharga 400Y untuk sampe ke taman. Lalu disambut hujan seharian yang bikin basah merana. Hehhehehehe beneran ini perjalanan paling menguras emosi apalagi sempet berantem sama bocah-bocah. Tapi tahukah kawan demi apa saya harus rela menguras tenaga dan batin... demi apa coba..... yuk dilihat kenapa saya ngotot harus kesini.... ya demi ini...


Wednesday, October 18, 2017

Haru Yasumi, Liburan musim semi yang penuh dengan bunga

Musim semi salah satu musim favorit saya, karena suhu mulai menghangat. Udara yang dingin bikin mager maksimal, apalagi harus ngayuh sepeda, rasanya kulit muka jadi super kenceng kena dingin. Kayaknya bukan cuman saya, tapi juga tanaman bergembira dengan datangnya musim semi. Hal ini terbukti dengan dimulainya kegiatan berkebun para ibu-ibu. Di musim ini pula seluruh kegiatan sekolah dan kuliah dimulai. Jadi rasanya nambah semangat masuk ke kampus disambut dengan mekarnya bunga-bunga.


Datangnya musim semi atau disebut dengan Haru selalu ditunggu karena di musim inilah bunga khas Jepang muncul, sakura. Kehadiran sakura setiap kotanya berbeda tergantung suhu terhangat. Biasanya di mulai dari Okinawa terus naek ke Kyushu, Tokyo, dan Hokkaido paling terakhir. Sakura hanya singkat, dua minggu dan gugurnya bisa cepat kalo hujan sering datang. Biasanya TV dan koran akan mengumumkan puncak mekarnya sakura dan orang-orang menantikan karena akan ber-hanami. Hanami sendiri berasal dari kata hana yang berarti bunga dan mi yang berarti melihat. Hanami dilakukan sambil piknik di taman-taman yang penuh dengan bunga sakura. Nah disinilah serunya, karena semua orang ingin menikmati hanami, jadi bakal dipastikan ingin mendapatkan spot terbaik. Jadi kita dulu-duluan ke koen (taman) sambil nyari posisi yang paling PW dengan menandainya sambil menaruh tiker ditempat yang kita inginkan. Dan menjelang makan siang, taman yang biasanya sepi jadi ramai, seramai-ramainya.

Waktu pertamakali hanami saya dan teman-teman sempet salah waktu. Kita pergi ke koen jam 9 pagi dan langsung tancap menyantap sajian yang ada. Terus kita liat sekeliling kok sepi ya, apa kota ini sedikit penduduknya. Ternyata kita kecepetan. Orang-orang datang menjelang makan siang saat amunisi kita sudah habis disingkat. Justru pas saat rame kita udah nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Dan, nggak ada warung... jadi kita nyengir-nyengir aja liat orang menikmati santap siang yang keliatannya enak. wkkwkw udah laper lagi soalnya.

Setiap pengunjung bakal mengeluarkan amunisi bento terbaiknya, beberapa orang akan mulai membuka sake. Nah ada kepercayaan bahwa kalo sake kejatuhan kelopak sakura akan beruntung. Heheheh dasar saya kalo denger kata beruntung pasti pengen ada kelanjuntannya... beruntungnya kenapa (sambil ngarep bakal menang lotere) dan kata orang Jepang kamu beruntung karena kejatuhan kelopak sakura. Nggak tiap orang bisa kejatuhan kelopak sakura. Hehehhehe ooooo itu beruntungnya. Padahal saya udah ngarep keberuntungan yang sangat besar dari sekadar kelopak sakura.

Alhamdulillah, hanami tahun ini saya diapelin sama suami, jadi kita bisa menikmati bersama. Kita berhanami sampe ke Hamamatsu flower park, salah satu taman terbesar yang ada disini. Dan saat itu juga tulip bermunculan, jadi pemandangan taman bener-bener indah banget.

Saya ternyata kudet tentang perbungaan. Saya pikir bunga tulip itu hanya ada di Belanda. Bukan apa-apa selama ini saya selalu punya gambaran bunga itu hanya tumbuh di negara kincir angin. Ternyata di Jepang juga ada tulip hehehehhehehe. Dan kata informan saya yang pernah ke kebon tulip di Belanda, tatanan tulip di Jepang lebih "berwarna" daripada di Belanda.


Sayangnya munculnya bunga-bunga berarti banyaknya pula serbuk sari yang berterbangan. Nah, dimusim ini pula biasanya kafun atau alergi serbuk bunga bermunculan. Sampai-sampai di setiap ramalan cuaca akan selalu diberitakan berapa persentase polen hari itu. O iya, laporan cuaca di TV Jepang itu sangat detil, sampe-sampe diinformasikan apakah hari ini cocok untuk jemur pakaian atau tidak heheheheh.  Eh balik lagi ke kafun. Buat yang alergi bukan cuman bersin-bersin tapi juga gatal-gatal di sekitar mata, berairnya mata dan hidung, bahkan sampe ke bengkak. Biasanya toko-toko akan menjual kacamata khusus untuk menghindari serbuk bunga juga dimulainya musim orang bermasker. Bahkan ada yang menjual pakaian yang anti kafun segala.



Tuesday, October 10, 2017

Liburan musim panas terakhir di Hamamatsu

Nggak kerasa kalo saat ini sudah dua natsu (musim panas) terlewati dan rasanya waktu untuk pulang semakin dekat. Jepang mempunyai cuaca empat musim seperti Fuyu (musim dingin), Haru (musim semi), Natsu (musim panas) dan Aki (musim gugur). Semua musim dinikmati dengan caranya tersendiri, ada bermacam matsuri (festival), makanan dan pakaian yang berbeda untuk tiap musimnya. Saat musim panas inilah liburan anak sekolah terpanjang dan kegiatan di luar rumah merupakan kegiatan favorit. Cuman panasnya itu yang suka kebangetan dan pemerintah menghimbau untuk menghemat listrik dengan menyalakan AC manteng di 28 derajat saja. Walhasil kalo udah gini, kipas angin jadi andalan untuk menyejukkan tubuh. Di musim ini pula para toko biasanya membagikan kipas-kipas secara gratis untuk para pengunjungnya, nah kerjaan kita emang bolak-balik masuk toko demi mendapatkan gambar kipas yang berbeda. Selain itu handuk panjang kecil jadi trend semua orang untuk menghapus keringat yang menetes derasnya... gayanya persis sih kayak abang becak tapi gunanya ngurangin lengket badan.

Derajat kepanasan yang ada sangat menyebalkan. Disinilah saya mengerti kenapa minuman semacam ion water sangat banyak dijual, karena memang dehidrasi berat sangat sulit dihindari. Beruntung tahun ini akhir puasa jatuh pada awal Natsu, jadi perjalanan panjang matahari hanya dialami saat akhir saja. Berbeda dengan tahun lalu, kami menjalani puasa full saat musim panas, yang ada siang hari kita cuman bisa tiduran ditemani kipas angin atau berendam air dingin demi mencegah rasa haus. Nah, bagian seger-segernya sih di musim ini ada kakigori dan ramune. Ramune adalah istilah untuk lemonade, nah kenapa jadi ramune...karena dari pengucapan remone- dan akhirnya jadi ramune. Soal rasa ramune sih biasa aja, minuman bersoda, masih kalah sama soda gembira. Kita bahas yang istimewa aja lah, Itu tuh si Kakigori yang nggak ada hubungannya dengan kaki kambing :P.

Kakigori hanya tersedia saat musim panas dan biasanya di kedai-kedai makanan banyak dijual. Kakigori itu sebetulnya es serut yang disirap berbagai sirup rasa-rasa. Favorit saya sih ogura dan matcha kakigori. Dijual di cup-cup dan disantap saat panas ngabelentrang gitu deh. Nah, kakigori yang paling heboh yang pernah saya nikmati itu kakigori di Nunohashi, sebrang SMA Hamakita. Ukurannya jumbo pisan, dan makannya harus cepet kalo nggak itu gunung esnya bakalan rubuh. Kalo dari strukturnya, kakigori punya kelembutan serutan es lebih dari es serut yang ada di Cimahi. Nah enakkan esnya......

Natsu juga identik dengan Hanabi.... inget ya hanabi yang artinya kembang api, berbeda dengan hanami yang artinya melihat bunga (sakura). Biasanya menikmati hanabi dengan piknik makan malam, terus pake yukata (kimono musim panas) dan saatnya nyari pacar hehehhehehhe. Kalo saya sih menikmati tebak-tebakkan bentuk kembang api yang berbeda-beda. Hanabi matsuri pun digelar tiap kota, dan salah satu yang terbesar di Fukuroi, Shizuoka. Kereta akan mengantarkan kita ke TKP, dan stasiun akan sangat penuh karena hampir semua orang ingin menonton hanabi yang diperlombakan juga.