Monday, January 7, 2013

Motret pake kamera saku, siapa takut?

Photography itu menurut saya adalah "personal experience, personal touch", seperti membuat secangkir kopi. Sama-sama mengandalkan perpaduan the triangle of golden rule, ada gula, ada air dan ada kopi disajikan dengan selera masing-masing untuk menghasilkan kopi yang enak, apapun alat yang dipakainya, gelas, chiffon, vietnam drip bahkan coffee maker yang paling canggih. .

kembang api,  walau nggak pake tripod

Tulisan ini muncul gara-gara ngobrol ngaler ngidul dengan seorang teman yang sangat mencintai kamera poketnya. Awal perjalanan kami sama, memotret dengan kamera poket sederhana, hanya kamera point and shot, bukan jenis prosummer. Saya memotret memakai kamera saku sederhana Semo Mpixx XZ7, dengan 7 megapixels. Justru karena kesederhanaanya, kamera ini membebaskan saya untuk bereksperimen dengan kemampuan yang ada untuk menghasilkan foto yang layak untuk dipandangi, dan sedikit kerja keras untuk memahami sang kamera. Contohnya seperti foto diatas, ketika tahun baru kami menunggu pesta kembang api. dan memotretnya dengan kamera poket. Yang kami lakukan adalah memotret dengan dua cara, pertama menggunakan night mode dan tembok sebagai tripodnya, hasilnya kurang memuaskan.  Sedangkan kedua, mengatur shuter speed/ kecepatan ke yang paling rendah (kamera poket saya bisa sampai 4 detik) dan ISO 100. Hasilnya tidak mengecewakan walaupun gedungnya tampak blur.


DSCI0822
Semo mpixx, ISO 100, SS 125

Kamera pocket point and shoot sangat bisa diandalkan karena ringan, bahannya dari plastik, memakai batere biasa AA 2 buah, bisa dimasukkan dalam saku dan murah meriah. Saya mengandalkannya untuk memotret dalam perjalanan ataupun membantu saya dalam pekerjaan sehari-hari. (saya malas mencatat, jadi saya potret semua dokumen dengan mode macro kalo kumat malasnya). Walaupun mungil, kamera ini mempunyai kemampuan yang baik untuk memotret makro. Contohnya foto mawar yang mulai mekar dipotret dengan mode makro yang dilambangkan dengan bunga tulip. Dan hasilnya cukup baik dengan latar belakang yang bokeh.
 
DSCI0087

Sebetulnya dengan kamera sederhana pun kita bisa menghasilkan foto yang baik dan cantik. Menurut "teman berantem dan guru" memotret saya, Dudi Sugandi, tidak diharamkan menggunakan mode auto dalam memotret, karena pada dasarnya, kamera hanyalah alat untuk menterjemahkan kita dalam mewujudkan keinginan mendapatkan gambar terbaik.  Kamera saku mempunyai keunggulan tersendiri karena bentuknya yang kecil, langsung jepret, sehingga keberadaan ktia saat memotret tidak terasa dan orang pun merasa nyaman bila kita menggunakan kamera jenis ini. Foto Bandung saat mendung ini diambil menggunakan kamera saku oleh bapak guru. Bapak guru yang satu ini sekarang menjadi racun karena selalu berusaha mengajak orang pake kamera saku... udah nggak jaman katanya pake kamera DSLR.


Perjalanan saya menggunakan kamera saku semakin menentukan dasar gaya/ style memotret dan kebutuhan kamera saya. Saya tidak memerlukan kamera dengan pixel yang sangat besar karena pixel tidak akan berpengaruh terhadap hasil memotret saya, 7 atau 8 MP sudah cukup. Lalu, saya tidak membutuhkan optical zoom yang sangat besar, karena saya tidak akan memotret dari jarak jauh. Saya cenderung tidak pernah menggunakan zoom, karena kalo terlalu besar pun biasanya akan ada perbedaan warna. Justru saya membutuhkan aperture yang kecil, antara 1.8 ataupun 2.8 sudah cukup untuk mengasilkan foto makro dan bokeh. Sedangkan kecepatan rendah saya butuhkan untuk motret dengan kecepatan yang sangat lambat seperti memotret kembang api, air terjun, dll. Sedangkan fasilitas/ mode lainnya sih menurut saya nggak terlalu penting dan nggak wajib dikejar.

DSCI0093


Keperluan kamera saku seseorang pun akan berbeda, teman saya yang wartawan membutuh kamera saku yang mempunyai koneksi wiFi karena dia harus bisa up load foto untuk pekerjaannya. Sedangkan yang hobi diving, membutuhkan kamera yang mempunyai casing anti air. Saya, yang hobi maen membutuhkan kamera untuk mendokumentasikan dan memotret hal-hal unik. (lagi ngidam kamera Canon Powershot A810, atau Benq AE100, ada yang mau saweran hehehehehheh). Kalo teman-teman, apa gaya motretnya? hmmmmm kamera saku apa cita-cita teman-teman semua? Satu hal yang bisa kita ingat bahwa harga kamera yang mahal tidak menjamin akan mengahsilkan foto yang baik. Justru pengetahuan menggunakan kamera yang kita milikilah yang akan membuat hasil foto semakin baik.

Untuk yang mau lihat betapa dahsyatnya hasil dari kamera saku, silahkan mampir ke situsnya Kang Dudi Sugandi (udah lama nggak di update ya Bos?) atau grup Kamera Saku Mania di Facebook. Semoga menambah pencerahan teman-teman semua.....

Wednesday, January 2, 2013

Bermain dengan kelinci di Pati

Cerita perjalanan melewati beberapa kota di Jawa Tengah belum lengkap dengan cerita yang ini. Rombongan keluarga besar melakukan perjalanan ke Bulumanis, untuk melihat rumah Mbah dan Eyang , dan juga melihat makam keluarga besar yang ada disana. Pulangnya kami melewati kembali Kudus, Pati dan kota-kota lainnya. Tidak lengkap rasanya jika tidak mampir di sentra-sentra industri besar di kota ini. Mau ke Kudus, masa jajan rokok kretek sih.... Akhirnya diputuskan kita berhenti di Pati saja, pilihannya di Garuda Food atau Dua Kelinci. Karena menurut kabar, dua kelinci lebih nyaman, mampirlah rombongan disana.

Dua kelinci

Untuk menemukan Pabrik Dua Kelinci, tidaklah sulit, karena di tepi Jalan Raya Pati - Kudus km 6.3 Pati, Jawa Tengah terdapat patung kelinci besar menandakan letaknya. Kelinci yang lebih besar dari manusia ini, dengan pose lucu sambil memegang kacang tanah menyambut kedatangan para tamunya. Siapa yang tidak tertarik untuk mampir melihat patung kelinci yang sangat menggemaskan ini.

Kelinci lari

Di dalam lokasi pabrik juga masih banyak patung-patung kelincinya. Banyak sekali para pengunjung yang meluangkan waktu untuk berfoto sejenak disana. Hehehehhe kalo garuda food mungkin akan banyak bertebaran patung garuda ya. Hmmmmm kalo cap dua gajah, whuuuuahhhhhh kebayang patung gajah ngabisin tempat hihihihihi. Menurut websitenya sih, jaman dulunya lambang kacang ini adalah dua kelinci sedang memancing ikan. Hehehehehhe padahal dibuat aja ya logo dulu, buat mengingat sejarah pabrik ini.

Kelinci coklat


Berhubung sudah dekat dengan Hari Natal, pengelola pun tidak ketinggalan dengan edisi patung Kelinci Natal. Heheheheh lihat saja kepala sang kelnci yang mempunyai tanduk seperti rusa. Padahal lucu juga kalo si kepala pake topi sinterklas, jadi tambah imut.....Atau bisa juga si kelinci narik delmannya sinterklas ya sambil ngunyah kacang....makin nggak beres ini idenya.