Monday, December 29, 2014

Tateyama, ketika salju yang tak lekang panas di Bulan Mei

Tulisan ini dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat, Minggu 28 Desember 2014 dengan judul Salju Abadi di Gunung Tate.



Gunung Tate atau Tateyama yang membentang di dua Prefektur, Toyama dan Nagano, merupakan rangkaian Pegunungan Alpen yang berada di Jepang. Walaupun tidak seterkenal icon Jepang, Fujiyama, gunung ini menjadi destinasi favorit penduduk lokal karena ketebalan salju, sepanjang tahun, pemandangan indah di Taman Nasional Chubu Sangaku dan Yuki no Otani, atau koridor salju dengan tinggi 20 meter yang dibuka untuk umum dan pejalan kaki setiap pertengahan April sampai akhir Juni.

Karena titik awal perjalanan saya dari Tokyo, maka diputuskan jalur perjalanan melalui Toyama. Jika ditempuh dengan Shinkansen memakan waktu sekitar 4 jam, atau menggunakan bis sekitar 6 jam. Karena jam beroperasinya mulai jam 05.00 pagi sampai 17.00 sore, maka saya memutuskan untuk menaiki bus malam dari Terminal bis Shinjuku, Tokyo tepat jam 24.00 dan tiba di Stasiun Toyama keesokan harinya jam 6 pagi. Dengan cara ini saya bisa berhemat satu malam biaya penginapan. Bus seharga 4500Y ini sangat nyaman, bersih, dilengkapi Wi-Fi dan selimut. Tapi, jika ingin bermalam di Murodo, puncak Tateyama, perjalanan dapat dilakukan pada siang hari dan  tiba di Toyama atau Shinano Omachi sore hari

  photo null_zps45eff525.jpg


Bagi penggemar hiking atau jalan jauh, siap-siap akan kecewa jika berkunjung ke Tateyama karena transportasi ke puncak berupa cable car, bis hybrid dan ropeway. Kendaraan umum dan pribadi dilarang masuk ke area ini untuk mengurangi polusi. Rangkaian transportasi ramah lingkungan ini akan membawa kita menempuh station pertama hingga terahkir selama 7 jam. Karcis terusan dengan harga 9450Y untuk dewasa dan 4750Y untuk anak-anak dijual di stasiun pertama untuk memudahkan kita dalam melakukan perjalanan tanpa harus berhenti dan membeli karcis disetiap stasiun.


Point pertama dalam melakukan perjalanan dimulai dari Toyama Stasiun dengan menaiki kereta Toyama Chiho Railway. Kereta vintage buatan tahun 70’an yang akan membawa kami ke Stasiun Tateyama selama 1 jam menyuguhkan pemandangan desa khas Jepang yang asri dan rangkaian pegunungan Tateyama yang masih diselimuti salju. Suasana kereta pun sangat ramai dengan anak-anak sekolah berseragam bak sailormoon dan turis dengan perlengkapan ski dan snowboarding.

Sesampainya di Stasiun Tateyama, antrian disusun sesuai dengan waktu yang tercetak di tiket. Sambil menunggu giliran, pengunjung disuguhi keadaan daerah Tateyama secara langsung. Membuat hati tidak sabar ingin merasakan dinginnya salju. Perjalanan selanjutnya menggunakan cable car unik, karena miring 45 derajat. Di dalam keretanya pun dibuat tangga-tangga sesuai kemiringan sehingga penumpang tidak tergelincir.  Selama 7 menit, menempuh 1,3 km dengan interval vertical sepanjang 487 meter dan beberapa terowongan membawa ke Stasiun Bijodaira. Dari Stasiun inilah perjalanan dilanjut menggunakan bis listrik hibrid menuju ke Murodo, puncak Tateyama. Perjalanan 50 menit menuju puncak tak terasa karena pemandangan hutan pohon cedar yang berusia lebih dari 100 tahun dan air terjun yang sangat indah. Supir Bus pun melambatkan laju untuk memberikan kesempatan penumpang mengambil foto-foto. Jika kita melihat lewat jendela belakang, akan terlihat kelokan-kelokan jalan yang membentuk spiral.

  photo null_zpsf8fc5a8c.jpg

Sesampai di terminal bus yang berada di puncak Tateyama, 2450 M diatas permukaan laut, Disinilah atraksi yang spektakuler, snow koridor yang tingginya bisa mencapai 20 meter dan pemandangan hotel tertinggi yang ada di Jepang. Dipuncak ini kita bisa menikmati pemandangan barisan Tateyama dan yuki no otani, yang artinya tembok salju. Setahun sekali, jalur ini dibuka secara full pada bulan April sampai akhir Oktober. Murodo ditutup aksesnya pada musim dingin karena salju yang sangat tebal sulit ditembus. Pengerukan salju untuk membuat dinding tinggi ini, dilakukan awal Bulan April menggunakan dua eksavator dan gps untuk kekuratannya. Setiap hari akan dicatat penurunan tinggi salju dan suhu udaranya.





 photo null_zps5d60eca6.jpg



Tuesday, December 9, 2014

Pesta Persahabatan Ananda 26 Tahun

Dunia gambar menggambar memang nggak bisa lepas dari anak-anak, mulai dari media tembok di rumah sampai yang paling serius di atas kanvas. Biasanya para orangtua membantu menyalurkan hobi anak-anak dengan mengikutkan ke sanggar-sanggar gambar. Kebetulan, anak saya yang paling kecil itu suka gambar. Dulu sih sempet manggil guru privat ke rumah cuman seringan nggak datengnya jadi si anaknya malah banyakan nunggu Mr. Jo (aslinya Pak Joko) daripada praktek gambar. Lumayan nganggur beberapa bulan sampai akhirnya saya nemuin yang namanya Sanggar Ananda di Jl. Cibadak Bandung.



Saya baru tau kalo di Jalan Cibadak yang beken dengan aktifitas bisnisnya, terselip sanggar menggambar anak-anak yang sudah berdiri selama 26 tahun. Padahal rumah orangtua saya berdekatan cuman saya yang nggak ngeh aja. Setelah mendatangi dan tanya-tanya, akhirnya Sanggar ini menjadi pilihan untuk mengasah hobi anak saya. Walaupun jaraknya lumayan, mulai Bulan Mei yang lalu, setiap minggu harus bolak balik Cimahi-Bandung-Cimahi. Tapi daripada nanti hobinya hilang ya, dijalanin aja sambil jalan-jalan.


Kemampuan si anak semakin terasah sejak bergabung disini. Dan yang bikin saya kagum, Ibu Yanti sebagai mentor dan pemilik sanggarnya sangat berdedikasi untuk dunia seni anak-anak. Hehehheheh baru tahu kalo disini tuh ada kurikulum gambar, teknik, tingkatan, tes kemampuan. Selain untuk gambar anak, banyak juga remaja dan lulusan SMA yang belajar disini untuk persiapan masuk FSRD ITB, La Salle, NAFA Singapore. Pokoknya sanggarnya dikelola secara serius. Si bungsu awalnya sih nggak suka dan nggak betah untuk belajar disini karena biasanya dia seenaknya menggambar dengan gurunya. Disini diajarkan disiplin yang ketat, keseriusan, dan dedikasi yang bikin si bungsu bete tiap beres les. Tapi untungnya bisa adaptasi dengan cepat dan sampai sekarang masih semangat untuk belajar. Sebagai apresiasi kepada anak-anak sanggar yang semangat belajar, setiap tahunnya sanggar ini mengadakan acara Pesta Persahabatan Ananda yang tahun ini kebetulan berlangsung di NuArt Sculpture Park, Setra Duta Bandung. 


Walaupun tiap hari saya melewati NuArt, tapi baru kali ini saya menginjakkan kaki ke tempat workshop milik Pak Nyoman Nuarta. Pak Nyoman ini seorang pematung yang sangat terkenal, dan karyanya yang sangat fenomenal adalah Patung Garuda Wishnu Kencana di Bali. Yang pembuatannya semua dilakukan di workshop Setra Duta Bandung. 

 
Di workshop yang luas ini, kita seakan-akan dibawa jauh dari kemacetan luar biasa di luar sana. Padahal posisi Galeri Nuart tepat didalam kota yang sarat dengan kemacetan. Selain banyak patung, terdapat juga lukisan-lukisan karya Pak Nyoman, terus kalo haus ada cafe. Ada juga kursus-kursus membuat patung, melukis dan kegiatan kesenian lainnya. 

patung inul
Nah, ini rangka awal membuat patung-patung. Dibuat perpotongan dan memakai nomor-nomor. Nggak kebayang pas merangkainya seperti apa. Seperti perpaduan puzzle dan TTS.....