Friday, January 21, 2011

Pocket Camera : 1. Define your need well

Apapun jenis kamera saku yang kita miliki, pastinya mempunyai kemampuan dan kelebihan sendiri sesuai dengan kebutuhan penggunanya.  Jadi kalo ada pertanyaan tentang kamera saku mana yang di pilih, tentunya saya memilih yang sesuai dengan kebutuhan saja (Tapi biasanya sih, saya memilih kamera tidak berdasarkan keinginan karena rejek doorprize) Secara  garis besarnya sih saya akan memilih berdasarkan :
1.       Kemampuan pengaturan manual
Biasanya kamera mempunyai opsi AUTO, SCN/ Scene, Program/ P, dan juga M/ manual. Mpixx saya hanya 7MP dan sangat sederhana. Tapi saya sangat menyukai dan mengandalkannya. Kenapa? Karena kemampuan pengaturan manual yang dipunyainya. Terkadang dalam memotret suatu objek, kita sudah membayangkan seperti apa jadinya. Dengan kemampuan manual, kita bisa memprediksi apa jadinya objek yang kita ambil dengan mengatur sendiri  shutter speed (SS), aperture (F), bracketing (OEV/±), ISO, WB. Dan bonus dari penguasaan hal ini jadi nilai tersendiri ketika kita naek kelas ke DSLR (Amiiin). Sedangkan sang Canon Powershot A495 hanya mempunyai kemampuan pengaturan di WB, ISO dan bracketing. Kemampuan makronya sangat dapat diandalkan, hanya saja aperture dan shutter speed otomatis dianturnya. Sedangkan kamera saku suami yaitu Lumix dengan kemampuan AI (Artificial Intelegent) yang sangat pintar. Sayangnya untuk saya yang suka eksplore hal ini nggak terlalu disukai. Soalnya kepinteran sih, jadi hasilnya pasti nggak sesuai terus ama yang dimaui…. Pinter teuing.
2.       Resolusi/ Pixels.
Apa tujuan kita untuk punya kamera saku? Apakah untuk sekedar upload gambar ke social networking, blog atau hanya untuk fun saja. Kalo memang kebutuhan hanya untuk media social network, mega pixels tidaklah menjadi hal yang sangat penting. Karena untuk upload ke internet, biasanya foto akan diresize. Kebanyakan hasil foto saya malahan menggunakan 7 MP dan baru kamera baru 10 MP. Secara kasat mata sih nggak keliatan di blog, tapi  beda kalo memang niatnya sang foto nanti akan di cetak. Mega pixel yang tinggi wajib dimiliki untuk mendapatkan hasil cetak yang baik.
3.       Batere
Kamera yang murah biasanya menggunakan batere yang mudah bisa kita dapatkan, misalnya AA. Saya memilih tipe ini karena tidak khawatir untuk kehilangan moment saat batere kita habis. Dan lagi jika batere rusak saya tidak memerlukan uang lebih hanya untuk mengganti sang batere. O iya, jangan lupa untuk mencopot batere dalam kamera jika tidak digunakan dalam waktu lama. Karena batere masih mempunyai sisa tenaga yang takutnya akan mengakibatkan korslet, atau batere yang bocor akan mengakibatkan kerusakan fatal pada kamera
4.       LCD
Sepertinya tidak ada perbedaan ukuran LCD 2,5 dan 3. Yah tetep aja segitu gitu aja. Bahkan kamera saku sekarang ada yang sudah touch screen dan segala pengaturan tinggal sentuh layarnya. Berhubung saya memakai kamera saku bersama-sama sang anak, hal istimewa seperti ini saya tinggalkan. Semakin tidak canggih semakin saya sukai, karena biasanya kalo ada apa-apa kerusakan tidak akan parah dan ongkos kerjanya pun masih ramah di kantong.
5.       Zoom, GPS, Flash, Bluetooth, dll
Kalo masalah yang ini sih kayaknya nggak terlalu dipentingkan. Karena saya nggak pernah make semua itu. Zoom memang oke untuk memotret jarak jauh, sayangnya dengan zoom kualitas foto kita jadi menurun. Saya lebih suka mendekati objek dari pada zooming. Demikian juga dengan flash, hampir jarang dipake karena mengandalkan cahaya yang ada. Flash digunakan hanya pada kasus backlight saja. Dan untuk opsi lainnya seperti video rasanya sih nggak terlalu mengganggu kalo tidak tersedia dalam kamera karena toh yang kita butuhkan adalah hasil dari motret objek.
6.       Konektivitas
Biasanya kamera saku dilengkapi oleh 2 buah kabel, yaitu kabel untuk koneksi ke televisi yang mempunyai 3 buah colokan berwarna merah, kuning dan putih, Gunanay untuk melihat hasil di layar tv. Dan satu lagi kabel usb untuk koneksi ke komputer. Tapi jarang juga sih kabel-kabel itu aku pake kecuali si computer tidak mengenali SD card. Biasanya sih tancep langsung slot card yang ada.
Pertimbangan ini sih menurut saya pribadi ya, diluar dari kecanggihan berbagai macam merek. Lagian juga kalo kecanggihan justru kita malah jadi males bereksperimen nerima apa adanya. Well, selamat menggauli kamera saku masing-masing

3 comments:

  1. ijin copas mba, nanti dibaca2 lagi...
    TFS mba :)

    ReplyDelete
  2. Silahkan mbak, dengan senang hati. Maksut hati sih pengen nerangin pengambilan foto ini, tapi lupa. Fotonya diambil pas malem, pake iso 1600 jadinya banyak bintik-bintik, dan si tanda plus minus ditekan sampe - 1,3. Hehehhehe di artikel selanjutnya ya mbak kita oprek si kamera.

    ReplyDelete