Berapa lamakah anda mempunyai kamera? Sudah sejauh apa kamera anda di kenali? Ungkapan tak kenal maka tak sayang berlaku juga untuk masalah kamera. Pada umumnya orang percaya bahwa kamera mahal akan menghasilkan foto yang indah. Padahal foto yang baik dan indah itu tergantung pada skill, komposisi dan moment, yang terakhir baru alat. Jadi alat itu hanya 25% selebihnya adalah manusia.
Pada dunia potret memotret dikenal dengan golden triangle, heheheh bukan merek mentega ya. Golden triangle adalah kombinasi antara aperture (f), shutter speed (ss) dan ISO. Kombinasi tepat diantara mereka akan menghasilkan foto secara teknis yang baik ( masih ada unsur komposisi dan moment ya). Biasanya kamera saku ada yang menyediakan golden tringle yang dapat diatur manual. Silahkan dilihat pada tombol atau LCD kamera, jika ada kode M berarti kamera saku anda dilengkapi dengan program manual. Tapi jika tidak, jangan khawatir. Kita masih dapat mengontrol kamera saku kita.
Secara garis besar, fungsi- fungsi di kamera saku dilambangkan dengan :
1. SCENE/ symbol/ ikon
Biasanya gambar- gambar ini untuk memudahkan pengguna untuk mengambil foto secara cepat dengan pengaturan secara keseluruhan diatur oleh kamera. Misalnya gambar gunung untuk memotret pemandangan, gambar bintang dan bulan untuk pemotretan malam hari, gambar sendok garpu untuk makanan, dan symbol-symbol lainnya.
2. ISO
Adalah kemampuan kamera untuk mengatur sensivitas cahaya dalam memotret. Semakin besar angka ISO semakin terang cahaya yang dihasilkan. Tapi hati hati, Iso tinggi menghasilkan foto yang berpasir atau grainy. Akan tampak jika
kita perbesar hasil foto. Sesuaikan ISO dengan kondisi lapangan. ISO rendah untuk matahari yang sangat terang, sedangkan ISO tinggi digunakan dalam ruangan dan gelap.
3. WB (white balance)
WB adalah pengaturan cahaya sesuai dengan kondisi yang anda. Biasanya ada gambar matahari, lampu, jendela, dll. Jika kita memotret di luar ruangan dan sedang terik set WB ke daylight yang biasa dilambangkan dengan matahari. Dalam ruangan set ke tungsten, florescence H atau florescence L yang setara dengan penerangan lampu. Dalam keadaan mendung, set ke cloudly.
4. Makro
Ini adalah favorit saya. Biasanya dilambangkan dengan ikon bunga. Digunakan untk memotret jarak dekat untuk mendapatkan detail benda. Foto anggrek ini menggunakan ISO 80, WBnya cloudly dan makro. Untuk mendapatkan efek blur di belakang objek yang saya lakukan adalah memfokuskan pada anggrek lalu tombol setengah ditekan untuk mempertahankan fokus. Geser kamera sampai mendapat komposisi sepeti dlam potret. Sudahi dengan menekan tombol. Voila.....
5. Bracketing/ pengaturan ekposure.
Biasanya digunakan symbol OEV ( zero exposure value) yang dilambangkan dengan
-2......-1.......0......+1......+2. contoh kasusnya adalah foto minuman strawberry. Diambil di cafe pas malam hari. ISO diset ke 1600, WB florescence H, tapi hasil dilayar masih gelap. Lalu angka OEV diubah ke nilai minus 1,3 untuk mendapatkan cahaya lebih. Hasilnya lumayan kan, hanya saja butiran pasir tampak disekeliling gelasnya.
Sedangkan nilai plus digunakan jika kondisi terlalu terang. Misalnya memotret saat salju, atau taj mahal yang serba putih. Kalo mau mencari cahaya yang pas, bisa dicoba pada saat posisi -1, 0, atau +1. Bandingkan cahaya mana yang cocok dengan selera anda.
6. Single shot atau burst.
Ingin memotret tanpa meninggalkan satu detik pun. Gunakan mode burst ( biasanya gambar tiga lemar foto). Secara otomatis akan mengasilkan tiga gambar dalam satu jepretan.
7. Timer
Biasa digunakan jika ingin motret bersama-sama. Tapi saya biasanya menggunakannya untuk keperluan memotret kecepatan rendah. Biasanya dalam kecepatan yang rendah tangan kita harus stabil dalam memegang kamera. Jika tripod tidak ada dan dalam memotret bergerak, saya set ke timer, pijit tombol dan biarkan timer yang menset shutter dengan sendiri. Dijamin gambar tidak akan goyang.
8. Panoramic view, resolusi,dll.
Hal ini tidak terlalu mempengaruhi hasil memotret. Untuk panoramic view biasanya digunakan untuk memotret pemandangan. Sedangkan untuk resolusi, pastinya mode fine akan menguras memori anda dibandingkan untuk normal use.
Rasanya sih, yang saya inget biasanya hal-hal tersebut yang saya oprek. Untuk yang lainnya sih rasanya tidak mempengaruhi hasil pemotretan. Hayooooooo tareman-tareman, eksplore dan kenali kemampuan kamera anda. Sayangkan kalo kemampuan kamera bisa diatas rata-rata tapi tidak dimaksimalkan oleh anda.....
anggreknya kirim kesini mba!
ReplyDeletemba, itu batang pohon, kalau mba sari yg moto kayanya bakal terlihat bagus juga :)
Bisa wae si embak mah. Ini kamera poketnya cuman diatur iso 80, WBnya cloudly, dan makro. Jepret ... Jadi kayak gini deh.
ReplyDeletewah bu Junet tiasa romantis oge euy? hahaha *kabuuur* eh Jun, foto ini bisa gue muat di blog gue gak? blog ttg bangunan tua? tentu saja tanpa imbalan apapun, kecuali ucapan terima kasih, hihi. (tapi tetep nama fotografernya dimuat kok), blog ku namanya cintastasiunjakarta.wordpress.com tapi udah lama gak ngapdet.
ReplyDeleteMas Adit, dengan senang hati boleh kok. Kan memang niatnya sharing segala disini. Bonusnya kan skill saya nambah :) Nanti aku mampir deh ke blognya Mas Adit. Eh Dini blognya apa ya.
ReplyDelete