Tulisan ini muncul gara-gara gencarnya pemberitaan tentang Miss World yang diadakan di Bali. Saya bukan orang yang setuju ataupun antipati terhadap acara tersebut. Karena disebut mendukung juga saya nggak tau buat apa gunanya apa untungnya buat saya, tidak mendukung juga nggak saya tidak memiliki alasan kuat.
IMHO, acara Miss World yang diadakan di Bali adalah untuk menunjukkan atau memperlombakaan kesempurnaan dari para wanita. Sesempurna apa? hehehehhe saya nggak tahu dan paham standar kesempurnaan seorang wanita. Absurd sekali jika penilaian seorang wanita itu hanya berdasarkan fisik, ukuran badan, dan hal-hal yang ada dipermukaan. Jika mau jujur, untuk bisa menilai seorang wanita itu cantik atau tidak banyak sekali standar ukurannya. Lalu bagaimana dengan wanita yang tidak sempurna, apakah dia tidak berhak untuk disebut cantik?
Miss Landmines, photo taken from http://miss-landmine.org |
Pikiran saya melayang kembali saat saya mengunjungi Landmines Museum di Siem Reap.Ada banyak orang yang tidak beruntung karena korban dari ranjau darat yang ditanam semasa perang saudara Khmer Merah dan efeknya setelah beberapa tahun kemudian. Mereka korban yang tidak bersalah, hanya hendak bekerja ke sawah tiba-tiba menginjak ranjau dan harus kehilangan bagian tubuhnya. Hmmmmm kalo sudah begitu apa mereka nggak bisa dibilang cantik? Apakah dunia harus berhenti untuk mereka?
Ah, sudahlah, saya tidak mau memikirkan kontes-kontes mencari wanita yang sempurna itu, saya hanya mau bercerita yang membuat sudut pandang berbeda dalam penilaian kecantikan seseorang.....
Ceritanya saya berkunjung ke museum korban ranjau darat di Siem Reap, Cambodia. Museum ini didirikan oleh Aki Ra, seorang mantan tentara anak-anak yang dilatih oleh Khmer Merah untuk berperang sejak usia dini. Sebelum usia 10 tahun, beliau sudah mahir dalam menanam ranjau darat, menggunakan peluncur rocket dan merakit bom. Mulai menjadi tentara Khmer Merah (padahal orangtuanya beliau dibunuh oleh Khmer Merah) dan berperang dalam usia 10 tahun, walaupun pada akhirnya beliau perang melawan yang mendidiknya jadi tentara (beliau menjadi tentara Kamboja yang melawan Tentara Khmer Merah)
Museum sederhana ini mempunyai banyak sekali misil dan ranjau darat. Sempat ditutup karena ketakutan akan keamanan, sewaktu-waktu bisa meledak jika salah deaktifasikannya. Kan nggak lucu, pengunjung jadi korban ketika berkunjung ke museum ini. Ketika saya melihat ranjau dan misil, sekilas saya membayangkan berapa banyak yang masih tertanam di tanah?Dan rasa yang aneh menyeruak ketika kita berkeliling memasuki museum ini. "something tragicaly that I don't want to know, happened here"
Kalo mendengar cerita-cerita selama diperjalanan, banyak rakyat yang tidak berdosa yang menjadi dosa. mulai dari orang tua sampai anak-anak. Ada juga cerita sapi yang sedang merumput dan tidak sengaja menginjak ranjau hingga terjadi ledakan yang tidak diinginkan. Mungkin hanya Aki Ra yang tau, mungkin hanya beliau yang ingat berapa banyak ranjau yang dia tanam, dikalian dengan anak-anak seusianya pada saat itu yang mempunyai tugas yang sama.
Karena itulah, Mas Aki Ra ini terpanggil untuk mencari dan me-deaktifasikan ranjau-ranjau yang masih ada di dalam tanah. Jangan dikira dalam pekerjaan yang berbahaya ini beliau bekerja dengan peralatan canggih. Hanya pisau dan kayu jadi teman setia dalam pembebasan tanah dari ranjau. Beliau juga ditemani oleh istri nya tercinta dalam pekerjaan mulia ini. Tidak ada materi yang beliau cari, beliau hanya terpanggil karena tidak tahan dengan penderitaan orang-orang yang tidak berdosa karena masa lalu beliau.
Sekarang usia Aki Ra menginjak 40 tahun dan masih mencari ranjau-ranjau. Selain itu dalam pencariannya, beliau membawa serta anak-anak korban dan yatim piatu untuk tinggal bersama beliau di Siem Reap. Anak-anak ini dididik dan disekolahkan sampai bisa mandiri. Saya tidak terlalu banyak memotret foto-foto korban ranjau, tidak kuat melihatnya.................